Tafsir At-Tanwir Muhammadiyah; Sebuah Amanah Persyarikatan

Konferensi Mufasir Muhammadiyah yang berlangsung sejak 10 November lalu telah selesai dilaksanakan, Prof Syamsul Anwar menutup acara ini secara resmi, sederhana, namun khidmat.

Kegiatan yang diadakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menghimpun ulama Muhammadiyah dari berbagai wilayah di Indonesia yang memiliki kapasitas dan ketertarikan terhadap tafsir dan kajian Al-Quran, serta ditambah 61 peserta call for paper yang dinyatakan lolos dari 90an lebih pendaftar.

Sebagai peserta, saya merasa bahagia sekali, bertemu para tokoh dan pakar yang selama ini hanya saya ketahui di media sosial atau lewat tulisan-tulisan mereka.

Selain itu, hal yang juga berkesan adalah wejangan dari Ayahanda Haedar Nasir, Ketua Umum PP Muhammadiyah. Dalam khutbah iftitahnya, Pak Haedar memotivasi peserta, bercerita tentang pengalaman beliau menulis buku, bahkan sempat sakit karena saking tidak kenal waktu sebagai aktivis dan penulis. Beliau juga bercerita sering mendampingi, mewawancarai tokoh-tokoh Muhammadiyah yang saat ini beberapa di antaranya sudah tiada, hasil wawancara itu kemudian melahirkan beberapa karya tulis Beliau.

Pak Haedar juga membagikan tips menulis dan menyampaikan harapannya terhadap Tafsir At-Tanwir, sambil sesekali bercanda, Beliau mengatakan, “Kalau MTT periode ini misalnya hanya sukses melaksanakan 1 program ini saja, maka saya rasa muktamirin pada muktamar yang akan datang, itu bisa sangat memaklumi dan memaafkan”. Kata Pak Haedar yang disambut gelak tawa hadirin.

Hal yang lebih membahagiakan lagi, saya mendapatkan banyak ilmu dari berbagai paradigma, serta memperkaya sudut pandang, terutama dari pembicara dan panelis dalam forum2 diskusi. Ada Prof Amin Abdullah yang menjelaskan tentang Wacana Tafsir Kontemporer, Dr Hamim Ilyas tentang Filosofi Tafsir At-Tanwir, Prof Syamsul Anwar yang berbicara tentang Urgensi Tafsir dan Mufasir di Muhammadiyah.

Kelak, Tafsir At-Tanwir diharapkan hadir membawa ide pencerahan dan kemajuan, sebagaimana nama yang dipilih untuk kitab tafsir ini; At-Tanwir, yang berarti mencerahkan.

Tafsir At-Tanwir juga diharapkan memiliki nilai kebaruan, dapat merespon isu-isu kekinian, yang menurut Prof Syamsul tidak hanya bersifat kontekstual, tapi juga melintasi zaman. Selain itu, para penulis (penafsir) juga dibekali visi untuk mengedepankan narasi yang bersifat inspiratif dan membangkitkan etos.

Berakhirnya kegiatan konferensi ini sekaligus merupakan tanda dimulainya penugasan masing-masing peserta untuk menyelesaikan penulisan Tafsir At-Tanwir.

Semoga dapat selesai sesuai dengan timeline yang dicita-citakan, serta dapat menjadi kado terindah untuk Milad 1 abad Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah 2027 mendatang, Insya’ Allah.

Akhirnya, Saya hanya berharap dan berdoa kepada Allah agar bisa menyelesaikan amanah persyarikatan ini dengan sebaik-baiknya.

Saya ucapkan terima kasih kepada yang telah memberikan support/dukungan, semoga Allah berikan balasan terbaik. Aamiin.

Salam,
Bobby Mulya
Dalam kereta perjalanan Solo-Jakarta
12 November 2023

Share

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top